Hari Pahlawan 2025 Jadi Momentum Bangsa, Menghormati 206 Tokoh, Termasuk 10 Nama Yang Dikukuhkan

Ilustrasi: Patung Pahlawan Nasional, Soekarno - Hatta.

Sejarah kepahlawanan bangsa, dari perlawanan kolonial hingga pengabdian sosial, pendidikan, dan politik, terus menginspirasi generasi muda.

JAKARTA | KabarGEMPAR.com – Bangsa Indonesia dibangun oleh para pejuang yang berani, berdedikasi, dan rela berkorban. Hingga November 2025, pemerintah telah secara resmi menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada 206 tokoh, menandai perjalanan panjang bangsa ini dalam mempertahankan kemerdekaan, membangun persatuan, dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata.

Sejarah Awal Pahlawan Nasional
Gelar Pahlawan Nasional pertama kali diberikan pada tahun 1953, untuk menghormati tokoh-tokoh yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan dan pengabdian sosial. Beberapa nama paling terkenal dari gelombang pertama ini antara lain:

1. Cut Nyak Dhien – Aceh

2. Teuku Umar – Aceh

3. Pattimura (Thomas Matulessy) – Maluku

4. Sisingamangaraja XII – Sumatera Utara

5. Tuanku Imam Bonjol – Sumatera Barat

6. R.A. Kartini – Jawa Tengah

7. Ki Hajar Dewantara – Jawa Tengah

8. Mohammad Hatta – Sumatera Barat

9. Soekarno – Jawa Tengah

10. Sultan Hasanuddin – Sulawesi Selatan

11. Dr. Sutomo (Soetomo) – Jawa Timur

12. Cut Meutia – Aceh

13. Teungku Chik di Tiro – Aceh

14. Pangeran Diponegoro – Jawa Tengah

15. Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) – Jawa Tengah

16. Sultan Agung – Jawa Tengah

17. Tuanku Tambusai – Riau

18. K.H. Ahmad Dahlan – Yogyakarta

19. Ki Bagus Hadikusumo – Jawa Tengah

20. Raden Ajeng Moerjam – tokoh pendidikan dan sosial

Para tokoh ini menunjukkan bahwa kepahlawanan Indonesia tidak hanya tentang perang fisik, tetapi juga melalui pendidikan, keagamaan, dan pengabdian masyarakat.

30 Pahlawan Nasional yang Mewakili Keberagaman Perjuangan:

1. Abdul Muis

2. Ki Hajar Dewantara

3. Mohammad Husni Thamrin

4. H.O.S. Tjokroaminoto

5. Ernest Douwes Dekker

6. Sisingamangaraja XII

7. Dr. G.S.S.J. Ratulangi

8. Soetomo

9. Ahmad Dahlan

10. Agus Salim

11. Gatot Subroto

12. Abdul Halim

13. Adam Malik

14. Cut Nyak Dhien

15. Pattimura

16. Frans Kaisiepo

17. Cipto Mangunkusumo

18. Basuki Rahmat

19. Hasyim Asy’ari

20. Fatmawati

21. Bernard Wilhelm Lapian

22. Teungku Chik di Tiro

23. Dewi Sartika

24. Soekarno

25. Mohammad Hatta

26. Antasari

27. Hasan Basri

28. La Maddukelleng

29. Maria Waganda Maramis

30. Opu Daeng Risaju

10 Pahlawan Nasional Baru Dikukuhkan 10 November 2025
Dalam peringatan Hari Pahlawan 2025, pemerintah menambahkan 10 tokoh baru sebagai Pahlawan Nasional, menekankan bahwa kepahlawanan tidak hanya terjadi di medan perang, tetapi juga melalui politik, pendidikan, hak pekerja, dan pengabdian sosial:

1. K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) – Jawa Timur, politik & pendidikan Islam

2. Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto – Jawa Tengah, kemiliteran & pembangunan nasional

3. Marsinah – Jawa Timur, aktivis buruh & kemanusiaan

4. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja – Jawa Barat, hukum & diplomasi

5. Hajjah Rahmah El Yunusiyyah – Sumatera Barat, pendidikan perempuan & keagamaan

6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo – Jawa Tengah, kemiliteran

7. Sultan Muhammad Salahuddin – Nusa Tenggara Barat, pendidikan & diplomasi

8. Syaikhona Muhammad Kholil – Jawa Timur, pendidikan Islam & keagamaan

9. Tuan Rondahaim Saragih – Sumatera Utara, perjuangan anti-kolonial

10. Zainal Abidin Syah – Maluku Utara, politik & diplomasi

Dengan penetapan ini, total Pahlawan Nasional Indonesia menjadi 206 orang, mencakup berbagai bidang, era, dan daerah.

Mengapa Ini Penting untuk Generasi Muda

Menunjukkan bahwa kepahlawanan Indonesia mencakup semua bidang kehidupan: pendidikan, sosial, politik, militer, dan hak asasi manusia.

Mengingatkan generasi sekarang bahwa kemerdekaan dan pembangunan bangsa dibangun dari pengorbanan nyata, bukan sekadar simbol.

Nilai keberanian, pengorbanan, nasionalisme, dan kepedulian sosial harus diteladani oleh generasi penerus.

Generasi muda Indonesia diingatkan untuk meneladani semangat para pahlawan: keberanian Marsinah memperjuangkan hak pekerja, ketekunan Rahmah El Yunusiyyah mengajar perempuan, nasionalisme Syaikhona Muhammad Kholil, hingga visi Gus Dur dalam politik dan pendidikan.

Laporan: Tim Kabar Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *