MKKS Swasta Kota Sukabumi Keberatan Penambahan Rombel di Sekolah Negeri: “Kami Bukan Pesaing, Tapi Mitra”
SUKABUMI | KabarGEMPAR.com – Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Swasta Kota Sukabumi menyatakan keberatan terhadap wacana Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang akan menambah jumlah siswa per rombongan belajar (rombel) di sekolah negeri, dari semula 36 menjadi 50 siswa per kelas, mulai tahun ajaran 2025/2026.
Ketua MKKS Swasta Kota Sukabumi, Budi Supriadi, menilai kebijakan tersebut akan berdampak serius terhadap kualitas pendidikan sekaligus mengancam kelangsungan hidup sekolah swasta.
“Dengan jumlah 50 siswa per kelas, proses belajar mengajar tidak akan kondusif… kualitas juga tidak akan tercapai,” kata Budi, Senin (30/6/2025).
Selain itu, Budi menyebut bahwa wacana tersebut dapat memicu eksodus siswa dari sekolah swasta ke negeri, yang berpotensi menyebabkan “pembubaran tidak langsung” terhadap sekolah swasta. Ia mencatat, sejak 2020, setidaknya tiga SMK swasta di Kota Sukabumi telah gulung tikar akibat kekurangan murid.
“Kalau tujuannya agar semua anak bisa sekolah, seharusnya pemerintah juga memfasilitasi masuknya siswa ke sekolah swasta. Jangan semuanya diserap sekolah negeri,” ujar Budi.
Ajakan Kemitraan: Sekolah Swasta Bukan Lawan
Sebanyak 25 kepala SMK swasta di Kota Sukabumi bahkan telah melayangkan surat terbuka kepada panitia Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) SMK/SMA negeri. Surat tersebut bertajuk “Mengetuk Hati Kepala dan Ketua SPMB SMK/SMA Negeri Tahun Ajaran 2025/2026”.
Dalam surat itu, para kepala sekolah menyampaikan keresahan mereka akan penurunan jumlah pendaftar akibat dominasi sekolah negeri dalam sistem penerimaan siswa. Mereka menekankan pentingnya kolaborasi, bukan kompetisi, antara sekolah negeri dan swasta.

“Kami berharap dan memohon kepada sekolah negeri, sekolah swasta tidak dijadikan pesaing, tapi jadikanlah kami sebagai mitra,” tulis mereka.
Surat tersebut juga menyoroti fakta bahwa dari 4.589 lulusan SMP di Kota Sukabumi, sebanyak 4.432 siswa telah terserap ke sekolah negeri. Artinya, hanya tersisa sekitar 157 siswa yang kemungkinan besar harus dibagi ke 25 SMK swasta yang ada, belum termasuk SMA swasta.
Komunikasi Buntu, Harapan Tak Pupus
Budi menyebut, selama ini komunikasi antara sekolah swasta dan negeri, termasuk panitia SPMB, sulit terjalin. “Saat kami para kepsek SMK swasta mencoba komunikasi dengan kepsek negeri, khususnya soal SPMB, hasilnya buntu. Chat hanya dibaca,” ujarnya.
Upaya untuk menyampaikan aspirasi juga telah dilakukan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) serta DPRD Kota Sukabumi, namun menurut Budi, respons yang diterima masih normatif dan belum ada solusi konkret.
“Kami tidak meminta dikasihani, kami hanya ingin didengar dan diperlakukan sebagai bagian dari sistem pendidikan, bukan saingan,” tegasnya.
Pemprov Jabar: Penambahan Rombel untuk Akomodasi Siswa Miskin
Menanggapi kekhawatiran ini, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman, mengatakan kebijakan penambahan rombel adalah langkah afirmatif untuk memastikan anak-anak dari keluarga tidak mampu tetap mendapatkan akses pendidikan.
Menurut Herman, kebijakan tersebut merupakan hasil dialog Gubernur Jawa Barat dengan Menteri Pendidikan dan mendapat restu pemerintah pusat untuk menambah kapasitas hingga 50 siswa per kelas secara terbatas.
“Ini bentuk kehadiran negara bagi mereka yang tidak mampu,” ujar Herman. Ia juga memastikan bahwa Pemprov Jabar akan memperkuat penyaluran Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) ke sekolah swasta agar siswa miskin tetap punya pilihan selain sekolah negeri.
Harapan akan Regulasi yang Adil
Budi menegaskan bahwa yang dibutuhkan sekolah swasta bukanlah belas kasihan, melainkan regulasi yang adil dan berimbang. Ia berharap dinas terkait bisa mengatur daya tampung sekolah negeri agar tidak menyerap seluruh lulusan SMP.
“Ini bukan soal rebutan murid, tapi tentang keberlangsungan pendidikan secara keseluruhan di Kota Sukabumi,” ujarnya.
Surat terbuka para kepala sekolah swasta juga memuat pesan moral dan spiritual. Mereka mengingatkan bahwa rezeki, termasuk siswa, adalah kehendak Tuhan, dan menyerukan agar semua pihak tidak merasa paling benar dan tidak menyombongkan diri dalam menyikapi situasi ini.
“Kami tahu kami tidak sempurna, tapi kami siap berkembang jika diberi ruang,” tutup mereka.
Laporan: Tim Kabar Sukabumi: Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com