Idham Chalid, Ketua DPR/MPR yang Tolak Fasilitas Negara dan Hidup Sederhana

Teladan Pejabat Berintegritas. Idham Chalid, Ketua DPR/MPR 1971-1977, menolak fasilitas negara, melarang keluarganya makan dari uang haram, dan memilih hidup sederhana hingga akhir hayat.

KABARGEMPAR.COM – Tak sedikit pejabat di Indonesia yang kerap memanfaatkan jabatan untuk mengejar fasilitas maupun keuntungan pribadi. Namun, teladan berbeda justru ditunjukkan oleh Ketua DPR/MPR periode 1971-1977, KH Idham Chalid. Alih-alih memperkaya diri, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu memilih hidup sederhana, bahkan hingga masa pensiunnya.

Idham dikenal menolak menggunakan mobil dinas di luar urusan pekerjaan. Ia juga melarang istrinya berbelanja dengan uang selain gaji resmi. Baginya, keluarga tidak boleh hidup dari uang yang haram.

Karier Politik

Sejak muda, Idham sudah aktif di NU. Pada 1956, saat berusia 34 tahun, ia terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar NU. Saat itu NU masih berstatus partai politik dan berhasil menduduki posisi keempat pada Pemilu 1955 dengan 45 kursi parlemen.

Kariernya terus menanjak. Idham pernah menjabat Wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda (1956-1959), lalu menjadi Wakil Ketua MPRS (1963-1966). Di era Orde Baru, ia dipercaya sebagai Menteri Kesejahteraan Rakyat (1968-1971) sebelum akhirnya duduk di kursi Ketua DPR/MPR.

Meski berada di lingkaran kekuasaan Soeharto, sikapnya tetap konsisten: sederhana dan menjauhi fasilitas negara.

Tegas Menolak Duit Haram, dan Bohongi Rakyat

Dalam biografi Selayang Pandang K.H. Idham Chalid (2022) disebutkan, Idham berprinsip keluarga tidak boleh memakan uang haram. Ia menolak keras penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi.

Tak hanya itu, Idham juga menekankan pentingnya kejujuran dalam politik. Menurut pemberitaan koran Abadi (18 Juli 1972), ia pernah mengingatkan bawahannya agar tidak membohongi rakyat.

“Masyarakat mungkin bisa dibohongi dengan omongan-omongan, tetapi tidak bisa dengan perbuatan-perbuatan nyata,” tegas Idham kala itu.

Kembali Jadi Guru Ngaji

Masa jabatannya sebagai Ketua DPR/MPR berakhir pada 1977. Setelah tidak lagi aktif di politik, Idham benar-benar kembali ke jalan dakwah. Ia memimpin berbagai lembaga keagamaan dan mengajar ratusan santri hingga akhir hayatnya.

KH Idham Chalid wafat pada 11 Juli 2010. Atas jasa dan integritasnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Idham pada 2011.

Penulis: Mulyadi | Pemimpin Redaksi
Sumber: https://id.m.wikipedia.org

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup