Panen Merosot, Petani Tirtajaya Keluhkan Hama dan Irigasi Macet, Kades: Tak Semua Gagal
KARAWANG | KabarGEMPAR.com – Hasil panen padi di wilayah Tirtajaya, Kabupaten Karawang, mengalami penurunan drastis. Petani mengaku mengalami kerugian karena hasil panen yang biasanya mencapai 6,5 ton per hektare, kini hanya 2 hingga 4 ton. Bahkan, beberapa lahan dilaporkan gagal panen total.
Akam, petani Desa Gempolkarya yang memiliki lahan pertanian berbatasan dengan Desa Srijaya, menyampaikan keluhannya mengenai serangan hama dan buruknya sistem pengairan yang membuat tanaman padi kekurangan air.
“Hama tikus dan penggerak batang merusak tanaman. Air pun susah karena saluran tersumbat. Akhirnya tanaman kekeringan,” kata Akam, Rabu (19/6/2025).
Selain itu, ia juga menyebut pH tanah yang kurang baik serta kelangkaan pupuk jenis TSP sebagai faktor tambahan yang menambah sulit kondisi pertanian saat ini. Meski harga gabah berada di kisaran Rp6.800–Rp7.000 per kilogram, petani tetap mengalami kerugian karena hasil panen menurun tajam.
Menanggapi hal ini, Kepala Desa Gempol Karya, H. Sadi, membenarkan adanya serangan hama yang disebut beluk putih, yang disebabkan oleh gejala hama penggerak batang padi. Namun, ia menegaskan bahwa tidak semua sawah mengalami kegagalan panen.
“Yang gagal panen itu kebanyakan karena menanamnya telat. Kalau yang tepat waktu, masih lumayan hasilnya,” jelas H. Sadi.
Terkait saluran air yang dikeluhkan petani, H. Sadi mengatakan bahwa perbaikan dan normalisasi memang diperlukan. Namun hal itu menjadi kewenangan Perum Jasa Tirta (PJT) II sebagai pengelola sistem irigasi.
“Saluran air memang perlu normalisasi. Tapi itu kewenangan PJT II, bukan desa,” katanya.

Petani berharap agar pemerintah dan instansi terkait dapat segera mengambil langkah perbaikan, baik dalam distribusi pupuk, penanganan hama, maupun rehabilitasi saluran irigasi, agar musim tanam berikutnya tidak mengalami nasib serupa.
Reporter: Dedi Iskandar | Editor: Redaktur KabarGEMPAR.com