Pendidikan Darurat! Fakta Mengerikan Terungkap, Pelajar Kelas 9 di Indramayu Tak Bisa Baca Tulis
INDRAMAYU | KabarGEMPAR.com – Sebuah video viral memperlihatkan siswa SMP kelas 9 di Indramayu yang tidak bisa membaca. Fenomena ini membuat Bupati Indramayu, Lucky Hakim, terkejut.
“Saya kaget banget lihat video ketika Kasatpol PP Indramayu merazia anak-anak yang lagi bolos sekolah. Bahkan ada yang SMA kelas 12 nggak bisa mengerjakan 3 x 4,” ujar Lucky Hakim, Selasa (19/8/2025) dikutip dari Tribun Jabar.
Fenomena mengejutkan itu terungkap saat Satpol PP melakukan razia di kawasan Makam Selawe, Sindang, Senin (11/8/2025). Sedikitnya 10 pelajar yang bolos digiring ke kantor Satpol PP untuk dibina. Namun dalam pembinaan itulah terbongkar fakta pahit: ada siswa yang sama sekali tidak bisa membaca dan berhitung dasar.
Bukan Kasus Tunggal
Menurut Lucky, kasus ini bukan peristiwa tunggal. Ia mengaku mendapat laporan banyak anak lulusan SD yang juga belum bisa membaca.
“Ada beberapa alasan, katanya karena kurikulum, undang-undang pendidikan, dan lain-lain. Tapi faktanya kita menghadapi masalah serius,” tegas Lucky.
Bupati Indramayu itu menyebut kondisi ini sebagai alarm bahaya pendidikan nasional. “Kita membangun kabupaten dengan segala upaya, tapi kalau anak-anak belasan tahun pernah sekolah lalu tetap nggak bisa baca, ini gimana? PR besar banget,” katanya.
Lucky meminta perhatian serius pemerintah pusat agar persoalan ini tidak hanya ditangani di level daerah, melainkan menjadi program nasional.

Fenomena Nasional
Kasus serupa ternyata juga terjadi di berbagai daerah. Data PISA 2022 menunjukkan 75 persen anak usia 15 tahun di Indonesia memiliki kemampuan membaca di bawah standar, sementara 82 persen kemampuan matematika mereka juga rendah.
Di Buleleng, Bali, pernah ditemukan 433 siswa SMP yang tidak bisa membaca. Survei Universitas Pendidikan Ganesha bahkan mengungkap 43,1 persen siswa masih berada di level dasar, belum hafal abjad.
Faktor Penyebab
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti mengidentifikasi sejumlah penyebab, antara lain:
- Kebijakan naik kelas otomatis.
- Gangguan disleksia.
- Pembelajaran berdiferensiasi yang belum optimal.
- Minimnya keterlibatan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Fenomena ini kini menjadi pekerjaan rumah besar bagi dunia pendidikan. Pemerintah daerah dan pusat ditantang untuk segera mengambil langkah konkret agar generasi muda Indonesia tidak kehilangan masa depan hanya karena gagal menguasai kemampuan dasar membaca dan berhitung.
Laporan: Tim Kabar Indramayu | Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com