Sungai Menyempit, Petani Terancam Gagal Panen: Bekasi Butuh Gerak Cepat!

Kondisi aliran sungai di wilayah Desa Sukakerta, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, kian memprihatinkan.

BEKASI | KabarGEMPAR.com – Kondisi aliran sungai di wilayah Desa Sukakerta, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, kian memprihatinkan. Penumpukan sampah rumah tangga dan pertumbuhan liar eceng gondok menyebabkan penyempitan saluran air secara drastis, menghambat aliran irigasi yang selama ini menjadi tumpuan hidup para petani.

Sekretaris Desa Sukaringin, H. Markim, menegaskan bahwa persoalan ini bukan hanya soal sampah. Kurangnya pengawasan serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan turut memperparah situasi.

“Jika tidak segera diatasi, dampaknya bisa sangat serius. Bukan hanya pencemaran, tapi juga ancaman kekeringan yang menghantui desa kami,” ujar H. Markim, Kamis (31/7/2025).

Dalam sejumlah dokumentasi yang beredar, terlihat jelas tumpukan sampah dan endapan lumpur menghambat aliran Kali Serengseng Hilir saluran penting yang menopang kebutuhan irigasi pertanian.

Kondisi ini juga mendapat sorotan dari Jery, perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kecamatan Sukawangi. Ia menyebut bahwa gangguan aliran air sudah dirasakan sejak sebulan terakhir.

“Kalau terus dibiarkan, ribuan hektare sawah di tujuh kecamatan bisa gagal panen. Pemerintah harus bergerak cepat,” tegas Jery.

Adapun tujuh kecamatan yang berada dalam zona rawan gagal panen adalah: Tambelang, Sukakarya, Karang Bahagia, Sukatani, Sukawangi, Cabangbungin, dan Muara Gembong.

Hal senada disampaikan Nuryasin, seorang petani di Kampung Galian, RT 02/04 Desa Sukakerta. Selama lebih dari sebulan terakhir, lahan pertaniannya mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air.

“Kami petani hanya bisa pasrah kalau air tidak juga mengalir. Mohon pemerintah turun tangan agar musim tanam ini tidak gagal,” harapnya.

Permasalahan penyempitan sungai ini tak bisa ditangani secara sepihak. Diperlukan aksi cepat dan kolaborasi lintas sektor—mulai dari pemerintah daerah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas PSDA, hingga pelaksana program normalisasi sungai.

Kesadaran kolektif dari seluruh elemen masyarakat juga menjadi kunci. Menjaga kebersihan sungai bukan hanya soal lingkungan, tapi menyangkut kelangsungan hidup petani dan ketahanan pangan masyarakat Bekasi bagian utara.

Laporan: Yahya Suhara | Editor: Hardi Hanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup