Subang Tertinggal dalam Layanan Kesehatan: Kenapa Warga Lebih Pilih Karawang dan Purwakarta?
SUBANG | KabarGEMPAR.com – Fenomena banyaknya warga Subang yang berobat ke Karawang dan Purwakarta bukan sekadar soal jarak. Di balik itu, tersimpan persoalan klasik: minimnya fasilitas kesehatan dan lemahnya komitmen pembangunan layanan publik di Kabupaten Subang.
Berdasarkan pantauan KabarGEMPAR.com, wilayah Pantai Utara (Pantura) Subang yang meliputi Ciasem, Sukamandi, Pamanukan, hingga Patokbeusi, praktis tidak memiliki rumah sakit besar yang memadai. Puskesmas yang tersedia hanya melayani rawat jalan, sementara Puskesmas Rawat Inap masih terbatas jumlah dan kualitasnya. Akibatnya, ketika masyarakat membutuhkan layanan darurat, mereka harus menempuh perjalanan lebih jauh ke Purwakarta atau Karawang.
“Rumah sakit daerah di Subang belum optimal, rumah sakit swasta pun jumlahnya sangat terbatas,” kata Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang mengakui adanya masalah serius ini.
Ketimpangan Wilayah dan Kegagalan Perencanaan
Padahal, Subang memiliki posisi strategis di jalur Pantura yang menjadi pintu masuk perdagangan Jawa Barat. Namun, pembangunan infrastruktur kesehatan di wilayah ini justru tertinggal jauh dibanding Karawang dan Purwakarta. Kedua daerah tetangga tersebut sudah lama memiliki rumah sakit daerah modern, bahkan ditopang investasi rumah sakit swasta.
Kegagalan perencanaan daerah terlihat dari absennya prioritas pembangunan kesehatan dalam program strategis Subang. Pemerintah Kabupaten lebih sibuk menggenjot proyek infrastruktur jalan dan industri, sementara kebutuhan dasar kesehatan masyarakat terpinggirkan.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Keterbatasan fasilitas kesehatan ini menimbulkan dampak domino. Pertama, meningkatnya biaya bagi masyarakat karena harus keluar daerah untuk berobat. Kedua, lambannya penanganan darurat medis yang kerap berakibat fatal. Ketiga, hilangnya potensi ekonomi daerah karena anggaran dan belanja kesehatan masyarakat justru terserap oleh daerah tetangga.

Solusi yang Ditawarkan, Apakah Terlambat?
Dedi Mulyadi telah mendorong Bupati Subang, Reynaldy Putra, untuk segera membangun rumah sakit di wilayah utara. Pemprov Jabar pun menjanjikan pembangunan rumah sakit di perbatasan Subang-Majalengka. Namun, muncul pertanyaan: apakah langkah ini tidak terlalu terlambat setelah bertahun-tahun masyarakat Subang terpaksa mencari layanan kesehatan di luar daerahnya sendiri?
Di sisi lain, peningkatan kualitas hidup warga melalui kebersihan, sanitasi, dan penguatan Puskesmas Rawat Inap dinilai hanya bersifat jangka pendek. Tanpa percepatan pembangunan rumah sakit yang modern dan terjangkau, Subang akan terus bergantung pada Karawang dan Purwakarta.
Catatan KabarGEMPAR.com
Subang sedang menghadapi masalah mendasar dalam pelayanan publik: akses kesehatan yang timpang. Janji pembangunan rumah sakit harus dikawal dengan ketat agar tidak sekadar menjadi wacana politik. Sebab, kesehatan adalah hak dasar warga negara, bukan fasilitas yang boleh tertunda.
Laporan: Tim Kabar Subang | Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com