Sepuluh Hari Tinggal di Reruntuhan, Pasutri Miskin di Karawang Menanti Bantuan
KARAWANG | KabarGEMPAR.com – Sepuluh hari sudah pasangan suami istri, Masdi (65) dan Nursih (50), hidup dalam kepedihan. Rumah yang selama ini mereka tempati di Dusun Tanjungkerta, Desa Medankarya, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, roboh lantaran rapuh dan termakan usia.
Dinding bambu yang lapuk satu per satu tumbang. Atap genteng runtuh, meninggalkan celah besar yang membuat angin malam dan air hujan mudah masuk. Tiang penyangga yang sudah tak kuat akhirnya patah, merobohkan sebagian besar bangunan. Yang tersisa hanyalah potongan kayu, bambu, dan genteng berserakan, seolah menjadi saksi bisu rapuhnya kehidupan keluarga miskin itu.
Masdi hanya bisa menatap rumahnya yang hancur dengan perasaan campur aduk. Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh harian lepas dengan penghasilan tidak menentu. Terkadang ada pekerjaan, sering pula tidak. Penghasilan seadanya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Untuk memperbaiki rumah, jelas tidak mungkin.
“Iya, rumah ini sudah lama rapuh. Sepuluh hari lalu, sebagian besar roboh. Saya dan istri cuma bisa pasrah. Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah,” tutur Masdi dengan suara berat.
Sang istri, Nursih, menambahkan bahwa mereka kini terpaksa tinggal di bagian rumah yang masih tersisa meski tidak aman. “Kalau malam angin kencang, takut ambruk lagi. Tapi mau bagaimana, kami tidak punya pilihan,” ujarnya dengan lirih.
Keduanya tercatat sebagai keluarga rumah tangga miskin (RTM). Warga sekitar pun sangat memahami kesulitan mereka. “Pak Masdi itu orangnya rajin, tapi nasibnya serba kekurangan. Hidup hanya dari kerja harian lepas. Tidak mungkin sanggup bangun rumah sendiri. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah,” ungkap salah seorang tetangga.
Kondisi Masdi dan Nursih bukanlah kasus tunggal di Karawang. Data pemerintah daerah menunjukkan, masih banyak warga miskin yang tinggal di Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Meski program perbaikan Rutilahu sudah digulirkan, faktanya belum semua keluarga miskin mendapatkan bantuan.
Tragisnya, program yang ada sering kali tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan di lapangan. Akibatnya, banyak keluarga seperti Masdi yang terpaksa menunggu, entah sampai kapan, hingga rumah mereka benar-benar roboh.

Kini, Masdi dan Nursih hanya bisa berharap. Harapan sederhana: memiliki rumah yang aman, kokoh, dan layak huni tempat berteduh yang bisa melindungi mereka di usia senja.
“Kalau ada bantuan, kami sangat bersyukur. Asal bisa tinggal dengan tenang, tidak takut roboh, itu sudah cukup bagi kami,” ucap Nursih, matanya berkaca-kaca.
Kisah rumah roboh di Dusun Tanjungkerta ini seolah mengingatkan kita bahwa kemiskinan masih nyata di tengah geliat pembangunan. Ada wajah-wajah yang luput dari perhatian, ada keluarga yang menunggu uluran tangan, dan ada kehidupan yang membutuhkan sentuhan kepedulian.
Reporter: Sugandi
Editor: Hardi Hanto