Gedung DPRD Dibakar, Rumah Anggota DPR Dijarah, Delapan Nyawa Melayang dalam Aksi 28–31 Agustus
JAKARTA | KabarGEMPAR.com – Gelombang demonstrasi besar-besaran pada 28 hingga 31 Agustus 2025 meninggalkan jejak kelam: gedung-gedung DPRD terbakar, rumah-rumah anggota DPR RI dijarah, dan delapan orang dari berbagai latar belakang tewas di tengah ricuh.
Aksi yang awalnya berupa protes politik berubah menjadi amukan massa yang menghantam simbol-simbol kekuasaan negara.
Api Membakar Gedung Wakil Rakyat
Puncak kericuhan terjadi di Makassar pada 29 Agustus 2025. Gedung DPRD Sulsel dilalap api, menelan empat korban jiwa yang terjebak di dalamnya:
Sarina Wati (26), staf DPRD
Muhammad Akbar Basri (26), fotografer Humas DPRD
Saiful Akbar (43), Plt Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah
Budi Haryadi (30), anggota Satpol PP Kota Makassar

Selain itu, kantor DPRD di NTB, Pekalongan (Jawa Tengah), dan Cirebon (Jawa Barat) juga tak luput dari amarah massa. Gedung terbakar, arsip habis, kursi dan meja hancur.
Rumah Wakil Rakyat Dirusak dan Dijarah
Amukan massa tidak berhenti di kantor. Rumah pribadi anggota DPR RI turut jadi sasaran.
Kediaman Sri Mulyani, Menteri Keuangan, dilaporkan dijarah.
Rumah Ahmad Sahroni, politisi NasDem, porak-poranda; pagar dirusak, mobil mewah dihancurkan, isi rumah dijarah.
Eko Patrio dan Uya Kuya, sesama anggota DPR, rumahnya dilempari dan diterobos massa.
Simbol kekuasaan negara bukan hanya dibakar, tetapi juga dirampas.
Korban Jiwa dari Berbagai Kota
Selain korban di Makassar, sejumlah nyawa melayang di kota lain:
Jakarta: Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online, tewas ditabrak kendaraan taktis saat ricuh Senayan. Polisi menyebut ada indikasi pidana.
Makassar: Rusdamdiansyah (26), pengemudi ojek online, dikeroyok massa setelah dituduh intel.
Surakarta: Sumari (60), tukang becak, meninggal diduga akibat serangan jantung setelah terpapar gas air mata.
Yogyakarta: Rheza Sendy Pratama (21), mahasiswa Universitas Amikom, tewas terkena proyektil di sekitar Mapolda DIY.
Delapan jiwa melayang, masing-masing dengan kisah yang menorehkan luka di hati keluarga dan publik.
Hingga kini, aparat masih menghitung kerusakan dan menyelidiki siapa dalang di balik pembakaran dan penjarahan. Namun publik menuntut transparansi dan tanggung jawab penuh, bukan sekadar konferensi pers.
Gelombang aksi akhir Agustus bukan hanya meninggalkan bangunan gosong, tapi juga duka mendalam dan kepercayaan rakyat yang kian terkikis.
Laporan: Tim Kabar Nasional | Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com