Prabowo Tegaskan APBN Tak Boleh Defisit, Tugas Berat Menanti BUMN dan Danantara
JAKARTA | KabarGEMPAR.com – Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak boleh lagi mengalami defisit. Pesan itu ia sampaikan dalam pidato kenegaraan perdananya pada Sidang Tahunan MPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025).
Menurut Prabowo, aset bangsa Indonesia yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernilai lebih dari US$1.000 triliun. Dengan kekuatan sebesar itu, mestinya BUMN bisa menyumbang minimal US$50 miliar atau sekitar Rp807,75 triliun per tahun ke kas negara.
“Kalau target ini tercapai, APBN kita tidak akan defisit. Saya tugaskan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara bersama Kementerian BUMN untuk membereskan perusahaan-perusahaan negara,” tegas Prabowo.
Kontribusi Nyata BUMN
Data Kementerian BUMN menunjukkan, laba konsolidasi perusahaan pelat merah tahun 2024 mencapai sekitar Rp304 triliun, turun tipis dari capaian 2023 yang sebesar Rp327,13 triliun. Sementara total aset BUMN justru tumbuh 5,3% menjadi Rp10.950 triliun.
Meski laba cenderung stagnan, setoran dividen BUMN ke negara masih jadi andalan. Apalagi sejak perusahaan-perusahaan pelat merah strategis masuk ke BPI Danantara, seluruh dividen otomatis masuk ke lembaga pengelola investasi negara itu.
Tujuh Raksasa BUMN, Rp96,44 Triliun Masuk Negara
KabarGEMPAR.com mencatat, dari tujuh BUMN besar yang digenggam Danantara, sudah ada enam yang melaporkan dividen tahun buku 2024.

MIND ID: Rp11,2 triliun
BRI: Rp51,74 triliun (pemerintah kebagian Rp27,68 triliun sesuai porsi saham 53,18%)
Bank Mandiri: Rp22,62 triliun
Bank BNI: Rp8,37 triliun
Telkom: Rp9,2 triliun
PLN: Rp3,35 triliun
Sementara Pertamina masih menggunakan asumsi dividen setara 2023. Jika dijumlahkan, total dividen yang sudah masuk ke Danantara dari tujuh raksasa BUMN itu mencapai Rp96,44 triliun.
PR Berat Menuju Target Prabowo
Besaran dividen yang terkumpul jelas masih jauh dari target ambisius Presiden Prabowo, yakni Rp807 triliun per tahun. Artinya, BPI Danantara dan Kementerian BUMN harus bekerja ekstra untuk menggenjot efisiensi, meningkatkan profitabilitas, sekaligus menutup kebocoran di tubuh perusahaan negara.
Kini, publik menanti langkah konkret duet Erick Thohir (Menteri BUMN) dan tim Danantara dalam menjawab mandat besar Presiden. Apakah BUMN mampu jadi mesin utama untuk menutup defisit APBN?
Laporan: Tim Kabar Nasional | Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com