Purwakarta Gelar Halaqoh NU Women, Teguhkan Peran Santri Perempuan di Era Digital

Memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purwakarta menggelar Halaqoh NU

PURWAKARTA | KabarGEMPAR.com – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purwakarta menggelar Halaqoh NU Women di Bale Yudistira, Komplek Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Ahad (19/10/2025).

Kegiatan ini menjadi salah satu agenda utama peringatan HSN di Purwakarta, dengan menghadirkan para kader perempuan NU dari berbagai unsur, seperti Fatayat, Muslimat, IPPNU, hingga para Bu Nyai dan Nawaning dari sejumlah pondok pesantren.

Mengangkat tema penguatan peran santri perempuan di tengah kemajuan teknologi digital, halaqoh tersebut menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai pesantren dan tradisi ke-NU-an di era modern.

Ketua Fatayat NU Kabupaten Purwakarta, Hj. Nung Najibah, menekankan pentingnya literasi digital bagi santri perempuan agar tidak tertinggal dalam perkembangan zaman.

“Santri sekarang, meskipun di lingkungan pondok ada yang dilarang menggunakan HP, tetapi jangan sampai gaptek. Jangan sampai tidak mengenal teknologi yang sudah sangat canggih ini,” ujarnya.

Ia juga mendorong santri perempuan menjadi juru dakwah multiplatform yang aktif di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, dengan menyampaikan pesan keagamaan secara kreatif.

“Di tengah framing buruk terhadap pesantren di media sosial, ini menjadi PR besar bagi kita. Kultur pesantren harus tetap melekat dan terawat, tetapi perkembangan teknologi harus disikapi dengan serius oleh kita semua,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua PCNU Kabupaten Purwakarta, KH. Ahmad Anwar Nasihin, menyebut pesantren memiliki posisi strategis dalam dakwah Islam dan pembangunan bangsa.

“Pesantren itu teknologi dakwah yang sempurna, teori dakwah yang hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya kebersamaan warga NU dalam menjaga marwah organisasi dan memperkuat peran pesantren di masyarakat.

“Kalau hari ini pesantren tidak dihargai oleh pemerintah dan aparat, mohon maaf, kita punya kekuatan besar. Jumlah warga NU di Purwakarta saja lebih dari 100 ribu, dan yang hadir hari ini baru sebagian,” tegasnya.

KH. Ahmad menambahkan, NU bukanlah organisasi yang gemar berdemo, namun akan bersikap tegas ketika kepentingan umat terdesak.

“NU sebenarnya bukan tradisi demonstrasi, tapi kemarin kita terdesak oleh keadaan. Jasa Nahdlatul Ulama terhadap negara ini belum seberapa dihargai, padahal kontribusinya sangat besar bagi Republik Indonesia,” katanya.

Melalui Halaqoh NU Women ini, para kader perempuan NU di Purwakarta diharapkan semakin percaya diri mengambil peran strategis dalam dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat, tanpa meninggalkan nilai-nilai pesantren dan keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.

Reporter: Heri Juhaeri
Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *