Setelah 15 Tahun Hilang Kontak, PMI Asal Karawang Pulang dari Arab Saudi

Ilustrasi, 15 tahun hilang kontak di Arab Saudi, Karsih binti Sukar Inan, pekerja migran asal Desa Teluk Bango, Karawang, akhirnya pulang ke tanah air. Foto: KabarGEMPAR.com.

Setelah 15 tahun hilang kontak di Arab Saudi, Karsih binti Sukar Inan, pekerja migran asal Desa Teluk Bango, Karawang, akhirnya pulang ke tanah air tanpa membawa barang pribadi dan tanpa menerima gaji yang diperkirakan mencapai Rp850 juta. Ia dipulangkan melalui KJRI Jeddah, sementara BP2MI Karawang menyatakan siap memperjuangkan hak-haknya yang tertahan selama 15 tahun bekerja di rumah majikan di Mekkah.

KARAWANG | KabarGEMPAR.com – Suasana haru menyelimuti rumah sederhana di Dusun Tenggah 1, Desa Teluk Bango, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. Setelah 15 tahun hilang kontak, Karsih binti Sukar Inan akhirnya memeluk ibunya, Minah, dalam tangis bahagia. Pekerja migran Indonesia (PMI) ini dipulangkan dari Mekkah, Arab Saudi, pada 8 Oktober 2025 dengan bantuan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah.

Namun, di balik kepulangannya yang penuh haru, tersimpan kisah pilu. Karsih tiba di tanah air tanpa membawa pakaian maupun barang pribadi. Ia juga belum menerima gaji selama 15 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah majikannya, Mazan Ali Hasan Hamuh, warga Mekkah. Nilai gaji yang belum dibayarkan diperkirakan mencapai Rp850 juta.

Karsih berangkat ke Arab Saudi melalui PT Aljubara pada 5 Juli 2009. Setahun kemudian, tepatnya sejak 2010, seluruh komunikasi dengan keluarga di Karawang terputus. Selama bertahun-tahun, sang ibu hanya bisa menunggu kabar dengan penuh doa dan air mata.

“Saya sudah pasrah, tidak tahu anak saya masih hidup atau tidak. Setiap malam saya berdoa supaya Allah menjaga dia. Alhamdulillah sekarang bisa pulang, tapi kami berharap pemerintah bisa membantu agar gajinya dibayar,” ujar Minah, ibu Karsih, dengan suara bergetar.

Karsih mengaku bersyukur bisa kembali ke tanah air, meski tanpa membawa hasil kerja kerasnya selama 15 tahun. Ia menuturkan bahwa selama di Mekkah, majikannya jarang mengizinkannya keluar rumah dan tidak memberi akses komunikasi dengan keluarga.

“Saya hanya ingin berkumpul dengan ibu dan keluarga. Yang penting saya sudah bisa pulang. Soal gaji, saya serahkan ke pemerintah, semoga bisa dibantu,” ucapnya lirih.

Keluarga Karsih kini berharap BP2MI, Kementerian Luar Negeri (PWNI), dan Pemerintah Kabupaten Karawang dapat membantu memperjuangkan hak-hak Karsih yang belum dipenuhi oleh pihak majikan di Arab Saudi.

Petugas BP2MI Karawang yang dikonfirmasi KabarGEMPAR.com membenarkan laporan tersebut dan menyatakan siap menindaklanjuti kasusnya.

“Kami akan berkoordinasi dengan BP2MI pusat dan KJRI Jeddah untuk memastikan hak-hak PMI ini bisa diperjuangkan. Kasus seperti ini masih sering terjadi dan perlu perhatian bersama,” ujar petugas tersebut.

Setelah 15 tahun terpisah dari keluarga, Karsih binti Sukar Inan akhirnya bisa kembali ke pelukan orang tercinta di tanah air. Meski tanpa harta dan tanpa bayaran, kepulangannya menjadi bukti nyata ketabahan seorang pekerja migran yang berjuang di negeri orang demi keluarga di kampung halaman.

Reporter: Samsudin
Editor: Redaksi KabarGEMPAR.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *