Tangis dan Doa Mengiringi Perpisahan SDN Medankarya I : Sederhana, Meriah, dan Menyentuh Hati

Tangis dan Doa Mengiringi Perpisahan SDN Medankarya I : Sederhana, Meriah, dan Menyentuh Hati

KARAWANG | KabarGEMPAR.com – Hujan air mata tak datang dari langit, melainkan jatuh perlahan dari mata para orang tua yang menyaksikan anak-anak mereka bersimpuh penuh hormat. Pada Jumat pagi (21/6/2025), halaman belakang SD Negeri Medankarya I, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang, menjelma menjadi ruang perpisahan yang sederhana, namun menyimpan sejuta makna.

Sebanyak 30 siswa kelas 6 resmi dilepas oleh sekolah dalam suasana hangat dan penuh haru. Tanpa dekorasi mewah, tanpa panggung tinggi, acara berlangsung dengan meriah dihiasi tepuk tangan, nyanyian perpisahan, dan mata-mata yang basah oleh kenangan.

Acara ini dihadiri oleh seluruh dewan guru dan komite sekolah yang turut memberikan dukungan moral bagi siswa dan orang tua. Namun, tidak tampak kehadiran perangkat desa setempat ataupun perwakilannya dalam momen penting ini.

Kepala Sekolah Jajang Kusnawan membuka acara dengan penuh bangga dan ketulusan.

“Tahun ini kami melepas 30 anak yang luar biasa. Mereka bukan hanya kami ajari membaca dan berhitung, tapi juga kami dampingi tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri,” tuturnya.

Setelah penampilan seni dan pembacaan puisi perpisahan, suasana berubah menjadi sangat emosional. Satu per satu siswa melangkah mendekati orang tua mereka, lalu bersimpuh di hadapan ayah dan ibu. Dengan tubuh merunduk dan hati yang terbuka, mereka mencium tangan orang tua seraya memohon maaf dan mengucapkan terima kasih atas cinta dan pengorbanan selama ini.

Tangis pun tumpah. Beberapa ibu menutup wajah, menahan isak, sementara sang anak tetap bersimpuh memeluk lutut orang tua mereka. Momen itu membekas bukan hanya di hati para orang tua, tetapi juga di ruang batin anak-anak yang hari itu mengucapkan selamat tinggal pada masa kecil mereka.

Asnah, ibu dari Rama Al Farizi, tak kuasa membendung air matanya saat anaknya bersimpuh di pangkuannya.

“Enam tahun saya antar jemput setiap pagi. Hari ini dia bersimpuh, berpamitan… rasanya antara bangga dan berat hati,” ucapnya lirih.

Yang membuat acara ini semakin istimewa, seluruh kegiatan diselenggarakan tanpa membebani orang tua dengan biaya. Pihak sekolah menanggung penuh keperluan acara,sebagai bentuk apresiasi dan cinta kepada siswa serta keluarga mereka. Dan biaya makan minum ditanggung oleh guru yang syukuran atas diangkatnya menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Kami ingin perpisahan ini menjadi kenangan manis, bukan beban. Karena cinta tak perlu mahal, cukup tulus dan bermakna,” kata Kepala Sekolah Jajang Kusnawan.

Di antara suasana haru, seorang siswa bernama Majid Alfarizi menatap masa depan dengan semangat. Ia mengaku siap melanjutkan pendidikan ke SMP Satu Atap (SATAP) di lingkungan sekolah.

“Saya mau lanjut ke SMPN SATAP I Tirtajaya Teman-teman juga banyak yang ke sana,” ujarnya sambil tersenyum.

Perpisahan ini membuktikan: tak perlu panggung besar untuk membuat sebuah acara terasa agung. Cukup simpuh yang tulus, pelukan hangat, dan air mata cinta, yang menjadikan momen ini abadi dalam ingatan semua yang hadir.

Reporter: Tim Kabar Karawang | Editor: Hardi Hanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup