Putusnya Layanan, Pupusnya Harapan: Potret Buram SALUT UT Pakisjaya

Logo Universitas Terbuka

EDITORIAL KabarGEMPAR.com
Oleh: Mulyadi | Pemimpin Redaksi KabarGEMPAR.com

KabarGEMPAR.com – Seorang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) yang bernaung di bawah SALUT (Sentra Layanan Universitas Terbuka) Pakisjaya, mengungkapkan kekecewaan mendalam setelah tidak diikutsertakan dalam jadwal wisuda gelombang pertama.

Bukan hanya itu, selama masa studinya, ia merasa ditinggalkan, bahkan harus mengurus sendiri hampir semua urusan akademik, mulai dari kartu ujian hingga pengecekan nilai.

Padahal, mahasiswa tersebut tetap membayar biaya administrasi rutin sebesar Rp400 ribu setiap semester kepada pihak SALUT. Namun apa balasan yang diterima? Ketika ia mempertanyakan nilai ujiannya yang belum keluar, respons tidak kunjung datang. Setelah dua hari tanpa jawaban, pihak SALUT malah menyuruhnya mengulang mata kuliah tanpa ada penjelasan atau solusi konkret. Upaya meminta kejelasan soal batas pembayaran wisuda pun tak digubris, padahal ini menyangkut hak dan masa depan akademik mahasiswa.

SALUT seharusnya menjadi garda terdepan pelayanan UT di daerah. Tugas utamanya mencakup memberikan layanan administrasi akademik, menyampaikan informasi perkuliahan, memfasilitasi bimbingan belajar,

dan menjadi jembatan antara mahasiswa dan kantor pusat UT. SALUT bukan hanya tempat membayar biaya administrasi lebih dari itu, lembaga ini menjadi titik sentral penghubung yang menentukan kelancaran studi mahasiswa.

Fakta bahwa mahasiswa harus mengandalkan informasi dari UT pusat, alih-alih mendapatkan bantuan dari SALUT yang seharusnya dekat secara geografis, menunjukkan adanya kebuntuan komunikasi dan lemahnya pelayanan di tingkat lokal. Situasi ini sangat ironis. Di satu sisi, SALUT dibiayai melalui iuran mahasiswa; di sisi lain, mahasiswa dibiarkan berjuang sendiri tanpa pendampingan.

Editorial ini bukan sekadar mengangkat satu kasus individual. Ini adalah cerminan potret keluhan yang mungkin dialami oleh lebih banyak mahasiswa UT lainnya. Ketika SALUT kehilangan fungsi dasarnya sebagai “sentra layanan,” maka sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme kerja dan standar pelayanan mereka.

Universitas Terbuka sebagai institusi pendidikan tinggi yang menjunjung asas keterbukaan dan kemudahan akses pendidikan jarak jauh, harus menjamin seluruh jaringan layanannya termasuk SALUT berfungsi maksimal, profesional, dan humanis. Pengabaian terhadap mahasiswa bukan hanya mencederai etika pelayanan, tetapi juga mencoreng citra UT secara keseluruhan.

Kami mendesak pihak Universitas Terbuka dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk meninjau ulang operasional SALUT di berbagai wilayah, khususnya yang mendapat aduan. Evaluasi, audit layanan, dan rotasi personel bisa menjadi langkah awal untuk mengembalikan kepercayaan mahasiswa.

Karena pendidikan jarak jauh tanpa layanan yang manusiawi, hanya akan menghasilkan jarak emosional antara kampus dan mahasiswanya. Dan ketika itu terjadi, bukan hanya kelulusan yang tertunda, tetapi juga masa depan yang direnggut diam-diam.

KabarGEMPAR.com — Mencerahkan, Menyuarakan Kebenaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tutup